Program ECP diberikan kepada segenap karyawan agar seluruhnya mengerti dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Informasi lain seperti kewajiban dan sangsi-sangsi terhadap pelanggaran terhadap peraturan, juga terangkum dalam program tersebut.
Jangan membuang sampah sembarangan! Apalagi membuang atau meludah ke laut. Sangsi dipulangkan dari kapal bisa terjadi.
Menjelang sore saya selesai mendapatkan pelatihan berikut sertifikat dan saya menuju warung Zaandam (sebuah warung kaki lima depan gedung pelatihan para crew HAL di Cikarang) untuk yang kedua kali pada hari itu. Saya menikmati minumam ringan. Perhatian saya tertuju pada beberapa orang bergerombol. Mereka ada yang berdiri dekat pintu gerbang Ms. Nieuw Jakarta, ada yang duduk berderet di bangku panjang depan warung Zaandam, dan ada yang kelihatan asyik ngobrol di dalam warung.
Saya terusik ketika ada seseorang melempar bungkus rokok kosong ke tengah jalan. Mungkin baginya terlalu jauh untuk menjangkau tempat sampah di warung Zaandam yang saat itu masih terbuat dari kaleng cat tembok. “Kok ya nggak habis pikir, yang barusan dapat pelatihan ramah lingkungan saja masih buang sampah sembarangan, apalagi yang tidak mendapatkan sama sekali”, ucap saya dalam hati, sambil tangan berusaha memasukkan sertifikat ECP (Environmental Complient Progam) ke dalam tas.
Yeahh… begitulah, ternyata yang namanya ramah lingkungan itu harus dari dalam diri sendiri yang mau tidak mau dibiasakan. Meskipun banyak peraturan dibuat kalau dari dalam diri tidak dibiasakan ramah kepadanya, peraturan tersebut hanya tinggal peraturan.
Jangan membuang sampah sembarangan! Apalagi membuang atau meludah ke laut. Sangsi dipulangkan dari kapal bisa terjadi.
Menjelang sore saya selesai mendapatkan pelatihan berikut sertifikat dan saya menuju warung Zaandam (sebuah warung kaki lima depan gedung pelatihan para crew HAL di Cikarang) untuk yang kedua kali pada hari itu. Saya menikmati minumam ringan. Perhatian saya tertuju pada beberapa orang bergerombol. Mereka ada yang berdiri dekat pintu gerbang Ms. Nieuw Jakarta, ada yang duduk berderet di bangku panjang depan warung Zaandam, dan ada yang kelihatan asyik ngobrol di dalam warung.
Saya terusik ketika ada seseorang melempar bungkus rokok kosong ke tengah jalan. Mungkin baginya terlalu jauh untuk menjangkau tempat sampah di warung Zaandam yang saat itu masih terbuat dari kaleng cat tembok. “Kok ya nggak habis pikir, yang barusan dapat pelatihan ramah lingkungan saja masih buang sampah sembarangan, apalagi yang tidak mendapatkan sama sekali”, ucap saya dalam hati, sambil tangan berusaha memasukkan sertifikat ECP (Environmental Complient Progam) ke dalam tas.
Yeahh… begitulah, ternyata yang namanya ramah lingkungan itu harus dari dalam diri sendiri yang mau tidak mau dibiasakan. Meskipun banyak peraturan dibuat kalau dari dalam diri tidak dibiasakan ramah kepadanya, peraturan tersebut hanya tinggal peraturan.